Eks Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo menyebut pertemuan Jokowi dengan Kasmudjo untuk menyelaraskan cerita agar sejalan dalam pemeriksaan.
Roy Suryo terus melancarkan tuduhan ijazah palsu Jokowi. Pakar telematika ini merasa yakin bahwa ijazah Jokowi palsu.
Roy Suryo juga sudah menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya pada Kamis (15/5/2025) atas tuduhan pencemaran nama baik yang dilaporkan Jokowi.
Setelah menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya, Roy Suryo kini turut menyindir pertemuan Jokowi dengan Kasmudjo.
Kasmudjo merupakan dosen pebimbing akademik Jokowi. Kini Kasmudjo juga ikut terseret dilaporkan dugaan ijazah palsu Jokowi.
"Kan selama ini ada keterangan clear, waktu dulu pak Jokowi dalam penjelasan tahun 2017 mengesankan bahwa Ir Kasmudjo adalah pembimbing skripsinya. Tapi kan kemudian kalau dosen pembimbing skripsi, kenapa tidak ada di skripsi," ungkap Roy Suryo dalam tayangan youtube inews tv, Kamis (15/5/2025).
"Kemudian dibuat narasi seolah-olah pak Kasmudjo adalah dosen pembimbing yang menangani kalau semester misalnya mengajukan KRS. Ya udah enggak apa-apa," kata Roy Suryo.
Roy Suryo merasa kasihan dengan Kasmudjo karena ikut terseret polemik dugaan Ijazah Palsu Jokowi.
Melihat momen pertemuan Jokowi dengan Kasmudjo, Roy Suryo pun tertawa.
Kata Roy, ia menduga adanya rencana Jokowi untuk menyelaraskan cerita dengan Jokowi soal polemik tersebut.
"Kasihan juga nih, di usia yang katanya sudah 75 tahun, terpaksa harus terseret di kasus ini. Pak Kasmudjo tidak menjawab di dalam kisruh ini."
"Saya kira hak Jokowi datang ke Pak Kasmudjo, entah tujuannya apa, masyarakat saya kira juga bisa tahu, menyinkronkan dua cerita ini. Sehingga lucu, nampak sekali mencolok sekali menyinkronkan cerita ini," pungkas Roy Suryo.
Lebih lanjut, Roy Suryo pun mengurai kemungkinan lainnya soal polemik Jokowi.
Yakni apakah Jokowi dibimbing oleh Kasmudjo hingga lulus kuliah di UGM atau tidak.
"Kemungkinan misalnya Jokowi dibimbing oleh Pak Kasmudjo, mungkin. Tapi apakah bimbingannya sampai selesai? apakah sampai lulus? itu yang dipertanyakan."
"Kan terbit skripsi yang tidak ada nama Kasmudjo. Kalau skripsinya kayak gitu, apakah terbit ijazah? mungkin Pak Kasmudjo bimbing pak Jokowi dari awal, nanti kita buktikan saja," tanya Roy Suryo.
Lantaran kecurigaannya itu, Roy Suryo pun menduga ada tujuan terselubung Jokowi mendatangi rumah Kasmudjo beberapa waktu lalu itu.
"Orang silaturahmi boleh-boleh saja, tapi kalau mengajak untuk melakukan pemufakatan yang tidak bagus, kasihan Pak Kasmudjo," ujar Roy Suryo.
Roy Suryo: Telur Busuk
Roy Suryo mengklaim telah melihat langsung skripsi Jokowi. Ia mengatakan tidak ada nama Kasmudjo dalam skripsi Jokowi.
Roy Suryo mengatakan sudah melihat isi skripsi Jokowi di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Kasmudjo merupakan dosen pembimbing akademik Jokowi saat mengenyam pendidikan kuliah di UGM.
Roy Suryo mengaku telah melihat isi skripsi Jokowi yang disimpan di UGM.
Ia dan Rismon Sianipar yang kala itu melihat isi skripsi Jokowi mengaku banyak menemukan kejanggalan.
Salah satu kejanggalan tersebut, menurut Roy Suryo, yakni tidak ada nama Kasmudjo di dalam lembaran skripsi Jokowi.
"Kami dapat skripsi, justru ketika kami dapat skripsi itu, kami bisa sampaikan skripsinya, karena itu primary evidence dan itu tidak bisa dikatakan salinan, itu skripsi resmi yang disimpan di Universitas Gadjah Mada disampaikan oleh wakil rektor, saya dan dokter Rismon dan di situlah kami menemukan banyak kejanggalan, tidak ada lembar pengesahan, tidak ada nama Kasmudjo," kata Roy Suryo, dikutip dari program Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV, Kamis (15/5/2025).
Menurut Roy Suryo, tidak adanya nama Kasmudjo di dalam lembaran skripsi Jokowi merupakan suatu hal yang aneh.
"Tidak ada nama dosen pembimbingnya, nggak ada Pak Kasmudjo. Tidak ada di lembar di dalam skripsi itu, kan aneh," ujar Roy Suryo.
"Yang namanya dosen pembimbing, meskipun itu bukan dosen pembimbing akademik, misalnya meskipun itu dosen pembimbing skripsi kayaknya sekarang ada sinkronisasi," kata dia.
Kalau dari sebuah telur yang busuk, anggap aja skripsi ini busuk, tidak mungkin menghasilkan hewan atau ayam yang bagus.
Pakar Telematika itu lantas mengibaratkan skripsi Jokowi dengan sebuah telur yang busuk.
"Kalau dari sebuah telur yang busuk, anggap aja skripsi ini busuk, tidak mungkin menghasilkan hewan atau ayam yang bagus. Jadi nggak mungkin ada ijazah yang bagus, ijazah yang bener, kalau dari skripsinya seperti itu, kalau nanti misalnya ijazahnya dinyatakan autentik atau asli, skripsinya kayak gini kok ijazah asli, biar masyarakat yang menilai.
Diketahui, Roy Suryo telah menjalani pemeriksaan sebagai terlapor dalam kasus tuduhan ijazah palsu Jokowi, Kamis (15/5/2025).
Roy tiba di ruang pemeriksaan Subdirektorat Keamanan Negara Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya pukul 10.05 WIB.
Roy Suryo dilaporkan oleh Jokowi terkait dengan tudingan ijazah palsu ke Polda Metro Jaya, Rabu (30/4/2025).
"Ini sebetulnya masalah ringan, urusan tuduhan ijazah palsu. Tetapi memang perlu dibawa ke ranah hukum agar semuanya jelas dan gamblang," kata Jokowi di Polda Metro Jaya.
Kuasa hukum Jokowi, Yakup Hasibuan, berjar bahwa tedapat 5 orang yang dilaporkan ke polisi atas tuduhan ijazah palsu presiden ke-7 RI itu.
Kelimanya yakni RS, ES, RS, T, dan K.
Dalam kasus ini, Jokowi menjerat terlapor dengan Pasal 310 KUHP dan/atau Pasal 311 KUHP, serta Pasal 35 juncto Pasal 51 ayat (1), Pasal 32 ayat (1) juncto Pasal 48 ayat (1), dan/atau Pasal 27A juncto Pasal 45 ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Kasmudjo Belum Pernah Lihat Skripsi Jokowi
Dosen Pebimbing Jokowi, Kasmudjo mengaku belum melihat skripsi dan ijazah Jokowi.
Kasmudjo beralasan sebab bukan dosen pebimbing skripsi, melainkan cuma dosen pebimbing akademik Jokowi selama kuliah di Fakultas Kehutanan UGM.
Namun meski begitu, Kasmudjo dilaporkan Komarudin atas dugaan ijazah palsu Jokowi.
Atas laporan itu, Jokowi mendatangi rumah Kasmudjo di Kabupaten Sleman, Selasa (13/5/2025) kemarin.
Kasmudjo mengungkap isi pembicaraan dengan Jokowi dalam kunjungan sekitar 45 menit itu.
Dia mengatakan, tak ada pembahasan mengenai ijazah.
Kasmudjo pun menegaskan, bukan pembimbing skripsi Jokowi dan tidak pernah melihat skripsi Jokowi.
Kasmudjo menyampaikan tidak mengetahui terkait dengan ijazah Joko Widodo. Sehingga dia tidak dapat bercerita soal ijazah Jokowi.
Selain itu, Kasmudjo menuturkan bukan pembimbing skripsi Joko Widodo. Dia menyebut, pembimbing skripsi Joko Widodo adalah Prof Sumitro.
"Mengenai ijazah, saya paling tidak bisa cerita. Karena saya tidak membimbing, tidak mengetahui. Prosesnya dan pembimbingnya itu Prof Sumitro, pembantunya ada sendiri, yang menguji ada sendiri," ungkap Kasmudjo di rumahnya.
Kasmudjo mengungkapkan belum pernah melihat ijazah Joko Widodo.
"Saya merasa tidak tahu sama sekali kalau kaitanya dengan ijazah dan saya sama sekali belum pernah melihat ijazahnya itu seperti apa. Lha saya mau cerita apa," tuturnya.
Kasmudjo mengatakan Joko Widodo masuk kuliah di Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1980. Joko Widodo kemudian lulus pada tahun 1985.
"Begini, dia kan tahun 80 masuk, lulus 85. Saya sampai 83 itu masih IIIB. Dia mau lulus, (saya) IIIC. Itu kalau urusan dosen mengajar, hanya boleh jadi asisten atau pembantu dosen. Jadi kalau disuruh mengajar, tidak boleh sendirian," ungkapnya.
Selama menjadi asisten dosen tersebut Kasmudjo mendampingi beberapa dosen. Sebab tujuan sebagai asisten tersebut dalam rangka untuk latihan.
Kasmudjo menyampaikan, selama Joko Widodo berkuliah di Fakultas Kehutanan UGM tersebut, dirinya masih menjabat sebagai asisten dosen.
"Kalau selama Pak Jokowi kuliah, itu karena saya mendampingi, saya mengikuti yang saya dampingi. Saya tidak boleh membuat atau melakukan pelajaran-pelajaran sendiri," tuturnya.
Dikatakan Kasmudjo, saat mengajar di UGM, dirinya sudah menjadi golongan IIID atau IVA.
"Itu mungkin karena saya sebagai ketua lab yaitu yang berkaitan dengan nonkayu dan mebel, saya mengajar di situ. Nonkayu itu artinya produk-produk hutan yang selain dari kayu sama mebel," tuturnya.
Pada 2014, Kasmudjo resmi memasuki masa purnatugas di Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan UGM.
***Sumber : Tribun Medan***
